Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali menjadi sorotan setelah mengumumkan rencana menaikkan tarif impor baja dan aluminium hingga dua kali lipat. Langkah ini ia sampaikan dalam pidato kampanyenya sebagai bagian dari strategi “America First” yang ia bawa sejak periode sebelumnya.

Trump menyatakan bahwa kebijakan ini bertujuan melindungi industri dalam negeri dari serbuan produk murah asal luar negeri, terutama dari Tiongkok. Ia menegaskan bahwa Amerika harus mandiri dalam produksi logam strategis seperti baja dan aluminium. “Kita tidak boleh terus bergantung pada impor yang merusak industri kita sendiri,” ujar Trump dengan nada tegas.

Dalam kebijakan barunya, tarif impor baja dan aluminium yang sebelumnya berkisar 25% akan naik hingga 50%. Keputusan medusa 88  ini memicu reaksi keras dari mitra dagang internasional, termasuk Uni Eropa dan Kanada, yang menganggap kebijakan tersebut sebagai bentuk proteksionisme ekstrem.

Pelaku industri dalam negeri sebagian menyambut langkah ini dengan antusias, berharap produksi lokal akan meningkat. Namun, tidak sedikit pula pelaku usaha—terutama dari sektor otomotif dan konstruksi—yang khawatir kenaikan tarif ini akan meningkatkan biaya produksi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Ekonom pun memperingatkan bahwa kebijakan tersebut bisa memicu perang dagang baru yang justru merugikan Amerika Serikat dalam jangka panjang. Pasar global juga menunjukkan sinyal ketidakpastian, dengan harga logam dan saham terkait industri baja mulai berfluktuasi.

Dengan kebijakan ini, Trump jelas ingin memperkuat citranya sebagai pelindung industri nasional. Namun, dampak nyatanya masih menunggu waktu dan akan sangat bergantung pada reaksi negara mitra dagang dan dunia usaha.

By admin